- 4C54C1C992B513110AA29DA322FB5634

17.03

materi mudzakaroh

Materi Mudzakaroh

Usaha atas Nafi Itsbat ( Meniadakan yang lain dan hanya membenarkan Allah ) :
Meyakini Kekuasaan Allah ada yang :
1. Dengan Asbab    :
menciptakan manusia hasil dari perkawinan manusia ( Sunnatullah )
2. Tanpa Asbab    :
menciptakan manusia tanpa ibu dan bapak seperti Adam AS
3. Berlawanan Asbab :
menciptakan manusia bertentangan dengan asbab, Isa AS lahir dari ibu yang suci, onta nabi sholeh yang lahir dari batu, tongkat nabi Musa AS menjadi ular.
Meyakini bahwa :
1. Allah Khaliq : Allah yang menciptakan
2. Allah Malik    : Allah yang bertanggung jawab atas pemeliharaan ciptaannya
3. Allah Razieq : Allah pula yang menjamin Rizki CiptaanNya
Meyakini bahwa :
1. Mahluk itu adalah ciptaan Allah
2. Sifat pada mahluk ini Allah yang memberikan
3. Allah kuasa merubah sifat pada mahluk
4. Sifat pada mahluk hanya setetes sifat di dalam khazanah Allah
Contoh :
Api itu adalah mahluk Allah. Sifat panas pada Api adalah Allah yang memberikan. Allah kuasa merubah sifat panas pada Api seperti Apinya Nabi Ibrahim AS yang menjadi sejuk. Sifat yang ada pada Api ini dibanding dengan sifat-sifat yang masih ada dalam khazanah Allah hanya seperti satu tetes air di lautan.
Meyakini bahwa :
1. Allah mampu memberikan manfaat dengan mahluk
2. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah
3. Allah tidak berhajat pada mahluk, tetapi mahluk berhajat pada Allah
4. Allah mampu memberikan manfaat tanpa mahluk
contoh    :
“ Allah dapat menyembuhkan penyakit dengan obat. Obat tidak bisa menyembuhkan penyakit tanpa izin dari Allah. Obat adalah mahluk, dan mahluk tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin dari Allah. Obat dapat menyembuhkan penyakit karena ada izin dari Allah. Tetapi Allah tidak memerlukan obat dalam menyembuhkan penyakit. Allah berkuasa menyembuhkan penyakit dengan obat ataupun tanpa obat.”
“ Allah dapat menghilangkan haus dengan air. Namun Air tidak bisa menghilangkan haus tanpa izin dari Allah. Air adalah mahluk, dan mahluk tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk yang berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin dari Allah. Air dapat menghilangkan haus karena ada izin dari Allah. Allah mampu menghilangkan haus tanpa air.”
“ Allah mampu menggunakan Api untuk membakar. Tetapi Api tidak bisa membakar tanpa izin dari Allah. Api adalah mahluk, dan mahluk tetap mahluk. Allah tidak berhajat pada mahluk tetapi mahluk berhajat pada Allah. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat tanpa izin dari Allah. Api dapat membakar karena ada izin dari Allah. Allah berkuasa membakar tanpa api.”
• Meyakini bahwa :
1. Mahluk tidak bisa, Allahlah yang melakukannya
2. Mahluk untuk bisa berhajat pada Allah, Allah melakukannya tidak berhajat pada mahluk
3. Jika Allah berkehendak dapat dengan mahluk, jika Allah berkehendak bisa tanpa mahluk
4. La illaha Illallah
Contoh :
“Api tidak bisa membakar, Allah yang membakar. Api untuk membakar berhajat pada Allah. Allah membakar tidak berhajat pada api. Jika Allah berkehendak Allah bisa membakar dengan api, jika Allah berkehendak Allah bisa membakar tanpa Api. Jika Allah berkehendak ada api tapi tidak terbakar-bakar. La Illaha Illallah.”
“Pesawat tidak bisa mengantar manusia, Allahlah yang mengantar manusia. Pesawat untuk bisa mengantar manusia berhajat pada Allah. Allah untuk mengantar manusia tidak berhajat pada pesawat. Jika Allah berkehendak Allah bisa mengantar manusia dengan pesawat, jika Allah berkehendak Allah bisa mengantar manusia tanpa pesawat. La Illaha Illallah”
“Air tidak bisa menghilangkan haus, Allah yang menghilangkan haus. Air menghilangkan haus berhajat pada Allah. Allah menghilangkan haus tidak berhajat pada air. Jika Allah bekehendak Allah bisa menghilangkan haus dengan air, jika Allah berkehendak Allah bisa menghilangkan haus tanpa air.”
Ulama katakan : “Awalluddeen Ma’rifatullah” artinya awal beragama adalah mengenal Allah. Istilah Umum : “Tak kenal tanda tak sayang” maksudnya kenal terlebih dahulu baru rasa sayang datang. Jadi tugas pertama yang perlu kita fikirkan adalah bagaimana kita bisa mengenal Allah terlebih dahulu karena itu adalah awal dari suatu rasa cinta kita. Dengan mengenal Allah maka akan datang rasa cinta kita kepada Allah. Jika kita sudah cinta kepada Allah baru kita fikirkan bagaimana caranya mendatangkan cinta Allah kepada kita. Namun untuk bisa mengenal Allah, maka kita harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Cara terbaik untuk mengenal Allah adalah dengan Pengenalan Diri bahwa kita ini hanya”Hamba” dan Allah adalah “Khaliq”. Contoh :
1. Kita ini Fana ( dari tiada ) dan hanya Allah yang Nyata ( yang ada )
2. Kita ini tidak bisa berbuat dan hanya Allah yang bisa berbuat
3. Kita ini salah dan hanya Allah yang benar
4. Kita ini hina dan hanya Allah yang mulia, etc.
Inilah hakekat dari kalimat : “ La Illaha Illallah” = kalimat Nafi Istbat
Nabi SAW bersabda Mahfum :
“Barang siapa yang menyatakan perang kepada kekasihKu, Aku akan menyatakan perang kepadanya. Tidak ada jalan yang lebih Aku sukai dari hamba-hambaku yang ingin mendekatkan dirinya kepadaKu selain dari mengerjakan perkara-perkara yang Aku Wajibkan. Namun hamba-hambaKu senantiasa juga melaksanakan yang Aku Sunnatkan, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya maka Aku akan menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku akan menjadi mulutnya yang dengannya ia berbicara, aku akan menjadi kakinya yang dengannya ia melangkah, dan aku akan menjadi tangannya yang dengannya ia memukul. Jika ia berdoa kepadaku niscaya pasti akan aku kabulkan.”
Jalan di Dunia ini hanya ada 2 saja :
1. Jalan Allah / Nabi : Jalan ke Surga
2. Jalan musuh-musuh Allah /Nabi : Jalan ke Neraka
Jalan Musuh-Musuh Allah adalah jalan keduniaan yang menafikan keimanan :
1. Jalan Kaum Ad : Membuat usaha atas dzohiriah badan dan kesehatan
2. Jalan kaum Madyan : Membuat usaha atas perbaikan sistem ekonomi
3. Jalan Kaum Luth : Membuat usaha atas mutu kenikmatan seksualitas
4. Jalan Kaum Saba : Membuat usaha atas sistem pertanian
5. Jalan Kaum Tsamud : Membuat usaha atas perbaikan arsitektur
7. Jalan Firaun : Membuat usaha atas kekuasaan
8. Jalan PM Hamman : Membuat usaha atas Jabatan / Karir Politik
9. Jalan Qorun : Membuat usaha atas peningkatan kebendaan
10. Jalan Abrahah : Membuat usaha atas Kekuatan Militer
11. Jalan Abu Jahal : Membuat usaha atas kesukuan atau nasionalisme (Ego)
Para  Nabi AS tidak pernah mewariskan keahlian mereka pada ummatnya selain perkara memperbaiki Iman dan Yakin :
1. Nabi Nuh AS : Ahli pembuat kapal
2. Nabi Idris AS : Ahli menjahit
3. Nabi Daud AS : Ahli pembuat besi
4. Nabi Isa AS : Ahli kedokteran
5. Nabi Sulaiman AS : Ahli pemerintahan dan Sumber Daya Mahluk
6. Nabi Muhammad SAW : Ahli perdagangan
Rumus-rumus Agama dan Dakwah
Surga – Ridho Allah – Amal Agama – Iman – Hidayah – Pengorbanan :
Surga ini dikelilingi oleh Ridho Allah. Sedangkan Ridho Allah ada pada Amal Agama. Sedangkan untuk bisa membuat Amal Agama dibutuhkan Iman agar kita bisa  mengamalkannya. Iman ini akan datang jika ada Hidayah dari Allah Ta’ala. Syarat Hidayah turun jika ada pengorbanan. Pengorbanan seperti apa ? yaitu pengorbanan untuk membuat usaha atas hidayah Allah.
Fase Yaqin    :
1.    Ilmu Yakin         :   Iman dengan teori / pengetahuan
2.    Aiunul Yakin     :   Iman dengan rasa
3.    Haqqul Yaqin    :   Keyakinan Sempurna ( Iman yang Haq )
5 fase jalan menuju Allah dari Al Ghozali :
1. Muhasabbah : Menghisab diri ( menghitung-hitung kekurangan diri dan amal )
2. Muattabbah : Bertobat dari segala kesalahan dan kekurangan hari itu
3. Mujahaddah : perjuangan mempertahankan perintah Allah setiap hari
4. Muqorrobbah : setiap saat berintai-intaian dengan Allah ( selalu merasa dilihat )
5. Mukasyaffah : Penampakan Kebesaran Allah ( Tajalliat ) / Terbukanya Tabir
Tangga / Fase menuju kepada Makrifatullah dalam ilmu tassawuf :
1. Tahalli  : Membersihkan Hati / Qalbu
caranya : dengan dzikir dan Amal ibadah
Fadhilah Mahfum Hadits :
“ Perbaharuilah iman kalian dengan memperbanyak mengucapkan La Illaha Illallah “
“ Sesungguhnya dzikrullah membersihkan hati yang berkarat”
2. Takhalli : Menghiasi Hati dengan sifat-sifat mulianya Nabi dan Sahabat
caranya : Mengikuti Napak Tilas daripada kehidupan Nabi SAW dan Sahabat RA.
Fadhilah Mahfum Hadits :
“Tidak akan masuk surga seseorang sebelum dia beriman. Tidak sempurna Iman seseorang sebelum dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”
“Diantara amalan-amalan yang mewajibkan pengampunan adalah memberi makan kepada orang muslim yang lapar.”
3. Tajalli : Penampakan Kebesaran dan Keagungan Allah ( Mukasyaffah )
Caranya : Taqwa, Ihsan, Tawakkal, Wara, Muqorrobbah, lihat mahluk ingat Allah.
Fadhilah Mahfum Hadits :
“Beribadahlah kamu seakan akan kamu melihat Allah ada di depanmu atau paling tidak dengan rasa seakan-akan Allah melihatmu.”
“Jika Aku telah cinta kepada hambaKu, maka Aku ( Allah SWT ) akan menjadi matanya yang dengannya ia melihat, menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar, menjadi tangannya yang dengannya ia memukul, dan menjadi kakinya yang dengannya ia melangkah “
Usaha atas Iman ada  5 :
1. Usaha atas Peningkatan Iman : Berkorban pergi di jalan Allah ( Khuruj )
2. Usaha atas Pemeliharaan Iman : Membuat amal Maqomi atau suasana agama
3. Usaha atas Pembentukan Iman : Membentuk halaqoh-halaqoh pembicaraan Iman
4. Usaha atas Penyebaran  Iman  : Dakwah wa Tabligh
5. Usaha atas Pendatangan Iman : Mujahaddah atas Nafsu
Imam Al Ghazali berkata bahwa saluran Iman ini ada 4 jalur :
1. Fikiran : Akal
2. Penglihatan : Mata
3. Pembicaraan : Mulut
4. Pendengaran : Telinga
Semua saluran ini bermuara pada hati atau qalb sebagai tempat Iman. Saluran ini adalah saluran yang dapat membentuk Iman di hati. Jadi bagaimana kita manfaatkan saluran Iman ini semaksimal mungkin hanya untuk mengenal Allah dan menjalankan perintah Allah. Jika salah satu saluran ini terkotori walaupun bukan semua saluran maka tetap saja hati ini sebagai muaranya atau tempat Iman akan tercemar. Jika mulut ini kita gunakan secara terus menerus untuk membicarakan kebesaran Allah maka kebesaran Allah akan terhujam di hati. Seperti seseorang yang membicarakan mobil balap secara terus menerus sehingga akhirnya membentuk kesan mobil yang terhujam di hati. Begitu juga dengan mata jika mata ini terkesan melihat benda-benda maka ketika sholat benda-benda itu akan terbayang. Inilah yang dimaksud bahwa saluran ini dapat membentuk atau menggeser keimanan kita tergantung penggunaannya.
Jalur menjalankan Agama ada 2 :
1. Fatwa    :    Iman Minimum  : Amal yang paling ringan
Fadhilahnya    :    Agama jadi mudah dijalankan
2.Taqwa    :    Iman Maximum : Sempurna Amal
Fadhilahnya    :    Allah berikan Furqon ( Kemampuan membedakan Haq & Bathil )
Prinsip Dalam Dakwah :
1.    Di Permudah dan jangan dipersulit
2.    Di Ringankan dan jangan dibebani
3.    Di Mulai dari kemampuan yang ada ( “Qobul Al Maujud” )
4.    Di Tingkatkan kemampuan seiring waktu ( “Matarkiyatil Marbu” )
3 Macam Asbab :
1. Asbab Dzulumat ( Tidak Mutlak / dapat berubah ) : Sawah, Perdagangan, Industri, dan lain-lain : Banyak orang punya harta benda yang melimpah tetapi tidak bahagia
2. Asbab Fitrah / Sunnattullah ( Sepertinya Mutlak ) : Sifat Api,  Sifat Air, Sifat Pisau : Tidak mutlak masih bisa berubah dengan Qudratullah seperti Apinya Ibrahim AS
3. Asbab Hakiki ( Mutlaq ) : Agama, Iman dan Amal Sholeh : Ucapan Nabi SAW : “Bayyiti Jannati “, Rumahku Surgaku, asbab hidup amal agama
Dakwah itu ada dua macam :
1.    Dakwah Iman     : Untuk orang beriman
2.    Dakwah Islam    : Untuk orang Kafir
Ciri-ciri Dakwah Rasullullah SAW :
1.    Mendatangi Ummat
2.    Tidak menerima bayaran
3.    Dengan harta dan diri sendiri
4.    Berjamaah ( melibatkan sahabat-sahabatnya )
4 contoh kawasan dakwah Nabi SAW :
1.    Thaif : Menolak Mutlaq dan Menghakimi / memusuhi
2.    Habasyah : Menerima tetapi tidak membantu / tidak ikut bergabung
3.    Madinah : Menerima dan Membantu ( Asbab Turun Hidayah )
4.    Mekkah : Dakwah sembunyi-sembunyi
4 Macam sikap terhadap dakwah :
1.    Sikap Abu Bakar RA : Menerima dan Mendukung
2.    Sikap Abu Jahal : Menolak dan Menentang sampai mati
3.    Sikap Abu Sofyan : Menentang lalu menerima pada akhirnya
4.    Sikap Abu Thalib : Mendukung tetapi tidak menerima sampai mati
Usaha  Dakwah dibuat dengan 4 cara :
1.    Hikmah : Mudah dimengerti
2.    Bashiroh : Bijaksana ( Mata Hati / Yakin yang benar )
3.    Husnut  Tadbir : Pengaturan yang baik ( cara, data, dan keadaannya )
4.    Akhlaq yang baik : Kasih sayang dan Sopan Santun
4 Macam Pengorbanan dalam usaha dakwah :
1.    Nishab : untuk menjaga Iman
2.    Takaza : menghancurkan maksiat dan asbab tersebarnya agama
3.    Perasaan : asbab datangnya pertolongan Allah pada kita
4.    Kesenangan Dunia : Asbab Hidayah
4 Penyakit dalam kerja dakwah :
1.    Jos ( semangat ) tetapi tidak tertib ( asbab pecah hati )
2.    Putus Asa
3.    Niat salah atau tidak betul ( demi keduniaan )
4.    Melihat Hasil
3 Macam Akhlaq :
1. Akhlaqul Hasanah :    Tidak membalas perbuatan jahat orang lain
2. Akhlaqul Karimah :    Membalas perbuatan jahat dengan kebaikan
3. Akhlaqul Azhimah :    berbuat baik dan berusaha membuat orang jadi baik
4 amalan yang menjadi akhlaq penghuni Surga :
1.    Menyambung sillaturrahmi dengan yang memutuskan
2.    Memberi kepada yang tidak mau memberi ( bakhil pada kita )
3.    Berbuat baik kepada yang mendzolimi kita
4.    Memaafkan dan mendokan kepada orang yang bersalah pada kita
3 Unsur penting dalam Usaha Dakwah :
1.    Cendikiawan dan Ulama
2.    Orang Miskin
3.    Wanita
5 Jaman dalam riwayat Al Bazzar :
1. Jaman Nubuwah          :    Jaman Para Nabi AS ditutup oleh Nabi SAW
2. Jaman Khilafah            :    Jaman Khulafaur Rasyidin
3. Jaman Mulk                   :    Jaman Kerajaan dan Kesultanan
4. Jaman Jabal Birroh    :    Jaman Kebebasan / Demokrasi
5. Jaman Khilafah II        :    Jaman Kebangkitan Islam terakhir
•    Akhlaq Nabi :
1.    Shiddiq         :  Jujur
2.    Amanah       :  Bisa dipercaya
3.    Tabligh         :  Menyampaikan
4.    Fathonah     :  Cerdas dan Bijaksana
Abdullah bin Mas’ud ra. Mengatakan bahwa ada 4 hal penyebab hati menjadi gelap :
  1. Perut yang terlalu kenyang
  1. Berteman dengan orang-orang yang dzalim
  2. Suka melupakan dosa
  3. Banyak Berkhayal
Nabi Saw bersabda :
“Sesungguhnya sesuatu yang sangat aku khawatirkan atas dirimu adalah 2 hal :
  1. Mengikuti kehendak Nafsu
  2. Banyak Berkhayal
Megikuti kehendak nafsu itu dapat menjauhi kebenaran, dan banyak berkhayal dapat mendorong seseorang mencintai dunia.” ( HR. Ibnu Abid Dunya )
Ada 4 hal yang menerangi Hati :
  1. Perut Lapar dan Pandangan yang terjaga à Asbab Kemudahan Beramal
  2. Berteman dengan orang-orang sholeh à Semangat dan suasana amal
  3. Muhasabah atas dosa-dosa à Melindungi diri dari dosa
  4. Fikir dan Risau atas agama à Penggerak amal
Abu Khatib Rah.A menyatakan barangsiapa yang bergaul dengan 8 golongan ini maka Allah akan menambah kepadanya 8 perkara :
1. Barangsiapa yang suka bergaul dengan orang kaya maka Allah akan menambah rasa cintanya kepada Dunia
2. Barangsiapa bergaul dengan orang-orang fakir, maka Allah akan menambah rasa syukurnya dan rasa senang terhadap rizki yang Allah kasih
3. Barangsiapa bergaul dengan raja, maka ia akan bertambah keras hatinya dan bertambah takaburnya.
4. Barangsiapa yang suka bergaul dengan perempuan, maka Allah akan tambah kebodohan dan birahinya.
5. Barangsiapa bergaul dengan anak-anak, maka ia akan makin suka bermain-main
6. Barangsiapa bergaul dengan orang-orang fasik, maka bertambahlah kecenderungannya untuk melakukan dosa dan melalaikan tobat
7. Barangsiapa bergaul dengan orang-orang saleh, maka akan bertambah rasa cinta kepada Allah dan ketaatannya.
8. Barangsiapa bergaul dengan ulama, maka akan bertambah ilmu dan amalnya
Ada 4 tanda orang dalam keadaan celaka ( dan 4 sebaliknya untuk keadaan bahagia ) :
1. Suka melupakan dosa yang telah lalu (Padahal Dosa itu tercatat : Asbab meremehkan amal dan menggampangkan dosa)
2. Suka membangga-banggakan kebaikan yang telah lalu(Padahal Amalnya belum tentu diterima : Asbab Riya)
3. Dalam urusan dunia lebih suka memandang keatas dibanding kebawah (Asbab Kurang bersyukur, Dengki, Bakhil, dan Tamak)
4. Dalam urusan agama lebih suka memandang kebawah dibanding keatas (Asbab Assobiyah, Aman atas Amal, dan Lalai)
Ada 4 Mutiara Iman :
1.         Malu : Selalu merasa diawasi, merasa banyak dosa, merasa cukup
2.         Syukur : Dalam keadaan susah, sederhana (zuhud), dan pengorbanan demi agama
3.         Takwa : Sifat Kehati-hatian dan sempurna amal
4.         Sabar : Ketika mampu, tidak mengadu kepada mahluk, tawakkal dan ikhlas
5 hal yang menyebabkan manusia terjerumus kedalam kecelakaan :
1.         Life Style : Boros, Mubazir, Makan Berlebihan, dan Kemewahan
2.         Pergaulan dengan : Orang Fasik, Orang Kaya, dan Orang yang berkuasa
3.         Kesibukan dan Waktu yang habis untuk  : perkara dunia, perbuatan sia-sia, jah dari amal
4.         Mata, Mulut, Pendengaran, dan Fikiran : tidak terjaga kesuciannya dan banyak maksiat
5.         Rizki yang tidak Halal
Obatnya adalah :
1.         Hidup sederhana, menjaga adab sunnah, dan pemanfaatan harta hanya untuk akherat
2.         Bergaul dengan orang-orang sholeh dan ulama
3.         Pemanfaatan waktu untuk amal dan agama
4.         Mata, Mulut, Pendengaran, dan Fikiran : fungsinya terjaga sesuai perintah Allah Swt.
5.         Rizki yang halalan dan thoyiban
3 Prinsip Taqwa :
1.         Kehati-hatian
2.         Kesempurnaan Amal ( Qualitas )
3.         Peningkatan Amal ( Quantitas )
•    10 Amal Sholeh Infirodi :
1.    Khidmat kepada orang Tua
2.    Menyayangi dan menyantuni Yatim Piatu
3.    Memberi makan dan duduk makan bersama fakir miskin
4.    Mengajarkan Agama pada keluarga
5.    Membantu Janda yang kesusahan
6.    Memuliakan Tamu
7.    Memuliakan ulama
8.    Menolong orang yang kesusahan
9.    Memberi bekal kepada musaffir
10. Memberi makan kepada yang berpuasa
●    10 Penyakit Hati :
1.    Syirik
2.    Takkabbur
3.    Nifaq
4.    Riya
5.    Ujub
6.    Suhudzon
7.    Putus Asa dari Rahmat Allah
8.    Ghibbah
9.    Hasad Dengki
10. Sum’ah ( adu domba

16.51

Kabar Dusta dan Fitnah: Ahli Usaha dakwah dan tabligh menyembah kuburan di Markas Nizhamuddin

Kabar Dusta dan Fitnah: Ahli Usaha dakwah dan tabligh menyembah kuburan di Markas Nizhamuddin Posted December 1, 2008 Filed under: Dakwah Ila Alloh | Mereka berkata, markas jamaah tabligh di India adalah tempat kemusyrikan, karena biasa memuja dan menyembah kuburan syaikh Nizhamuddin awliya Fitnah para pembohong/ pendusta Tuduhan bahwa jamaah tabligh menyembah kubur di Nizhamuddin India adalah fitnah dan dusta. Hal ini pasti bohongnya, karena dari kalimat tuduhan tersebut dapat dipastikan bahwa si penuduh belum pernah mengunjungi Masjid Banglawali di kampung Nizhamuddin, New Delhi, India. Berita atas tuduhan ini sangat menyesatkan banyak orang, sehingga ada sebagian orang yang mempercayainya begitu saja, dan memvonis bahwa jamaah dakwah dan tabligh memang telah melakukan kemusyrikan dan menyimpang dari akidah islam. Namun bagi mereka yang sudah pernah hadir dan menyaksikan langsung hal ihwal dan keadaan disana yang sebenarnya, tentu mereka akan tertawa terbahak-bahak atas kebohongan yang sungguh nyata tersebut. Seandainya para pendusta itu benar-benar telah hadir dan menyaksikan tempat yang benar, bukan ke tempat yang salah, pasti mereka akan menyesali bahwa apa yang mereka tuduhkan itu adalah salah sama sekali dan suatu fitnah yang besar.!! Salah seorang tokoh senior sekaligus penanggung jawab usaha dakwah dan tabligh di Indonesia, pada suatu ketika bertemu dengan seorang ustadz yang menyinggung masalah ini. Ustadz tersebut langsung menuduh bahwa Jamaah tabligh telah melakukan kemusyrikan dengan menyembah kuburan di Nizhamudin, India. Mendengar hal itu, maka orang tua dari jamaah tabligh ini berkata, “ Dari mana bapak mendapatkan sumber berita itu?” Kemudian Ia menjawab, “Saya mendapatkannya dari sumber yang terpercaya.” Tokoh jamaah tabligh tersebut bertanya, “Apakah bapak sudah meneliti kebenaran berita itu?” Kemudian ustadz tersebut berkata, “Itu tidak perlu, karena saya mempercayai kebenaran berita itu”. Tokoh jamaah tabligh itupun menyahut, “Masya Alloh, hadits-hadits Nabi saw saja, bapak seleksi dengan ketat keshahihannya dan kedhaifannya, mengapa berita yang demikian palsu bapak telan bulat-bulat?!!” Demikianlah yang terjadi. Dan hal ini menguatkan keyakinan, bahwa para penuduh yang menyatakan bahwa jamaah tabligh telah menyembah kuburan di Nizhamuddin awliya India, adalah para PENDUSTA/PEMFITNAH yang tidak pernah sama sekali meneliti maupun memeriksa kebenaran berita tersebut. Dan mereka hanya membenarkan tuduhan tersebut, hanya disebabkan tertutupnya hati dari kebenaran yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, mari kita simak, bagaimana sebenarnya keadaan yang sesungguhnya mengenai tuduhan tersebut. Makam Syaikh Nizhamuddin Awliya Basti Nizhamuddin adalah nama sebuah kampung di kota Delhi, India. Basti bermakna kampung dalam bahasa Urdu. Didalamnya terdapat sebuat tempat penziarahan yang luas namun padat didatangi bukan hanya oleh kaum muslimin awam, namun juga oleh orang-orang hindu. Disitulah kuburan/makam Syaikh Nizhamuddin Awliya, seorang waliyullah yang sangat terkenal. Beliau adalah seorang dai sekaligus pejuang besar yang telah banyak berjuang menegakkan islam di kawasan India dan Pakistan. Sayangnya, kuburan beliau dianggap oleh orang-orang jahil sebagai kuburan yang sangat bertuah dan keramat., sehingga sebagian mereka berkeyakinan akan mendapatkan keberkahan dari kuburan tersebut jika mereka menziarahinya. Oleh sebab itu, tidak heran jika ditempat tersebut menjadi tempat yang ramai didatangi oleh berbagai kalangan manusia yang telah tertipu akidah mereka. Diantara mereka ada sebagian dari kalangan kaum muslimin dan sebagian lain—yang tidak kalah ramai—juga datang dari kalangan non muslim. Tempat tersebut sangat jelas berbeda sama sekali dengan markas atau pusat perhimpunan Jamaah tabligh dari seluruh dunia, yaitu di kampung yang sama; Nizhamuddin tetapi di Masjid Banglawali, bukan di kuburan Syaikh Nizhamuddin Awliya. Inilah yang telah banyak mengecoh orang-orang. Bagi anda yang baru pertama kali ke India pun biasanya akan terkecoh mengenai hal ini. Biasanya, sejak pintu keluar dari Air Port New Delhi, orang-orang hingga agen-agen perjalanan ataupun supir-supir angkutan (yaitu orang-orang hindu) sudah sangat akrab dengan rute tujuan Nizhamuddin Awliya. Anda cukup menyebutkan tujuan Basti Nizhamuddin awliya, maka mereka akan memahaminya bahwa anda akan berkunjung ke kubur syaikh nizhamuddin awliya tersebut. Dan seandainya anda tidak mengenal tempat yang anda tuju mereka akan mengantarkannya ke tempat kuburan keramat syaikh nizhamuddin awliya, bukan ke tempat perhimpunan jamaah tabligh yang dimaksud, yaitu di Masjid Banglawali. Inilah kekeliruan yang sangat merusak citra jamaah tabligh. Apabila tidak diluruskan maka akan menjadi finah yang keji dan persangkaan buruk secara umum.

16.49

Manfaat usaha dakwah untuk memerangi teroris

Memanfaatkan Usaha dakwah dan tabligh untuk Memerangi Teroris (Sebuah Pelajaran dari Qatar) Posted October 6, 2009 Filed under: Dakwah Ila Alloh | 05 Maret 2005 sebuah bom meledak di depan British International School di area City Center Doha Qatar. Seperti biasa, polisi bergerak cepat mengidentifikasi pelaku. Hasilnya, siapa pelaku dan gerombolannya akhirnya tertangkap. Tentu ada yang berbeda dalam penanganan teroris di Qatar dan Indonesia. Kalau Polisi Qatar mengekor Polisi Indonesia dalam mengidentifikasi seperti apa “teroris”, tentu akan sangat kesulitan. Separuh penduduk Qatar, sehari-hari selalu bersorban dan tentunya berjanggut panjang. Para Wanitanya juga banyak yang bercadar. Lha apa semua harus dicurigai seperti statemen Pangdam Diponegoro. Polisi Indonesia bukanlah semacam keledai yang selalu jatuh dilubang yang sama. Setiap ada kejadian bom, steoreotip yang kemudian muncul adalah, bahwa teroris itu bersorban, berjanggut dan berjubah. Stereotip semacam itu saya yakin bukan dari aparat kepolisian, tapi lebih dari media terutama televisi. Saya yakin, Pangdam Diponegoro pasti tidak hadir dan tidak melihat siaran berita televise ketika Kapolri Bambang Hendarso Danuri menunjukkan foto-foto para pelaku teror. Adakah diantara foto-foto yang dipaparkan Kapolri menunjukkan seorang yang bersurban, berjanggut bahkan berjubah. Ketika Imam Samudra, Ali Muklas dan Amrozi ditangkap dulu, adakah diantara mereka yang bersurban dan berjubah?. Bukankah ketika ditangkap Imam Samudra sangat macho dengan kaos CONVERSE. Wah seharusnya orang berkaos CONVERSE-lah yang kudu diwaspadai. Iya to? Kembali ke Qatar Pasca bom di City Center, Qatar sangat cerdik dalam memerangi teroris. Dan hasilnya, adalah tidak terulangnya lagi bom-bom meledak di Qatar. Padahal Qatar adalah target utama para militan di Bumi Arab, karena di Qatar lah pusat komando dan pangkalan militer Amerika terbesar di timur tengah. Kerajaan Qatar tidak menjadikan Islam dan atributnya sebagai musuh, tapi justru menjadikannya sebagai kawan dalam memerangi kaum radikalis. Salah seorang pencetus kebijakan ini adalah Pangeran Fahd bin Hamad Al-Thani. Beliau berhasil meyakinkan keluarga kerajaan, bahwa jamaah ini tidak akan mencampuri urusan politik. Dimana beliau memberi contoh pada praktik di India, Pakistan dan Bangladesh, dimana usaha dakwah dan tabligh tak pernah sekalipun terlibat dalam politik praktis. Pangeran Fahd sendiri adalah seorang simpatisan dan aktivis usaha dakwah dan tabligh dan pernah berdakwah selama 40 hari di Papua. Meskipun tidak memiliki nama resmi, symbol dan cirri-ciri sebagaimana lazimnya organisasi. Tapi sistem didalam usaha dakwah dan tabligh sangat solid, efisien, dinamis dan accountable. Saya yakin, tidak ada satu pun lembaga atau bahkan organisasi di tanah Jawa yang mengetahui dengan pasti jumlah masjid di Pulau Jawa. Tapi Usaha dakwah dan tabligh, mereka tidak hanya tahu berapa jumlahnya, tapi bahkan mendata dengan detil berapa jumlah orang yang sholat dan tidak sholat disekitar masjid. Mana yang pro dan kontra. Pokoknya data mengenai bagaimana kondisi dan situasi umat Islam setempat komplit sekomplitnya. Kerajaan Qatar dengan cerdik memanfaatkan ketelitian Usaha dakwah dan tabligh ini. Selain untuk mematai-matai pergerakan faham Islam Teroris, juga untuk mempersempit ruang gerak mereka. Karenanya di Qatar ada sebuah nasehat umum “Ikut usaha dakwah dan tabligh atau diam!”, karena mencerca usaha dakwah dan tabligh berarti mencerca Kerajaan. Orang-orang usaha dakwah dan tabligh ini emang “kurang ajar”, jika mereka bergerak disuatu kampung, dan melihat ada orang yang potensial, mencurigakan, menentang bahkan orang asing, maka selama 2 atau 3 hari berturut-turut akan selalu “dikejar” oleh usaha dakwah dan tabligh. Lalu di malam hari mereka akan menyebut nama orang tersebut dalam do’a sholat tahajjud selama 3hari 3malam dengan tangisan yang menyayat hati. Maka jangan heran, bila ada preman bisa berubah 100 derajat padahal hidup mereka sebagai usaha dakwah dan tabligh juga masih sama saja secara ekonomi. Bukan karena doktrin, tapi doa yang dibumbui dengan keikhlasan. Dan bukan hanya seorang, tapi bisa belasan orang. Percayalah, para kaum teroris itu tidak akan bisa jauh dari masjid. Terbukti, Dani sang bomber terbaru, direkrut oleh Saefuddin Jaelani di Masjid. Di Indonesia, memang tidak semua masjid mau menerima usaha dakwah dan tabligh, tapi setidaknya itu tidak menghalangi kepolisian Indonesia untuk meniru kepolisian Qatar dalam mempersempit ruang gerak teroris. Hasil kebijakan kerajaan Qatar bisa dilihat, tak ada lagi bom meledak di Qatar. Padahal arus imigran ke Qatar semakin deras, banyak diantara mereka yang berasal dari Pakistan, Afghanistan dan Mesir yang terkenal radikal. Ditambah lagi kebijakan kerajaan juga semakin sekuler, terbukti dengan berdirinya Gereja Katolik Terbesar di Timur Tengah yang diresmikan pada tahun 2007. Ditambah lagi laju inflasi yang mencapai rata-rata 13% perbulan, sedangkan gaji dari perusahaan meskipun kelihatan banyak di negeri asal, tapi sangat tidak mencukupi untuk hidup di Qatar yang sangat mahal. Tapi semua aktifitas para radikalis tersebut, selalu terekam oleh gerak usaha dakwah dan tabligh, baik yang baru datang yang lama bermukim atau bahkan yang sering berpindah-pindah rumah pun terekam. Melawan teroris dengan senjata hanya akan semakin menebalkan keyakinan mereka. Sedangkan berharap agar mereka berpindah faham ke yang lebih moderat lewat ceramah para da’i-da’i panggung juga percuma. Bagi mereka, dai – dai di televisi tak ubahnya badut. Maka jalan yang terbaik adalah, biarkan mereka tetap dalam ke-fundamentalisme-nya dan dalam jihadnya. Tapi jihad yang berbeda, yaitu Jihad Tabligh: Jihad tentang memikirkan Islam, menyampaikan Islam, menyebarkan Islam dan menghidupkan Islam. Bukan jihad perang atau jihad balas dendam atau jihad membela Tuhan sebagaimana faham teroris. Ada hikmah menarik ketika Gus Dur duduk satu meja dengan Gus Ron salah seorang syura usaha dakwah dan tabligh Indonesia. Gus Dur berkata bahwa tidak mungkin Indonesia akan menang bila perang melawan Amerika. Dijawab oleh Gus Ron, “makanya kita kirim jamaah dan berdakwah disana, kita Islamkan Amerika bukan malah kita perangi” Kapolda Jawa Timur, Anton Bahrul Alam, memiliki kebijakan yang hampir serupa dengan kerajaan Qatar. Sebulan setelah dilantik dia telah mengunjungi hampir seratus masjid. Alasan dia kepada public adalah sederhana. “Ingin polisi yang seperti bandit atau polisi yang seperti malaikat?”. Saya yakin, disamping bermaksud untuk bersilaturrahmi, beliau juga pasti ingin menghidupkan masjid sebagai sel-sel penting untuk menciptakan keamanan. Baik dari kejahatan maupun dari teroris. Polisi seharusnya mencermati adanya permusuhan teroris dengan Usaha dakwah dan tabligh. Hemat saya, Bom JW.Marriot dan Ritz Carlton tidak hanya ditujukan untuk mengacaukan Pilpres dan Kedatangan MU. Tapi disaat yang bersamaan, juga sedang berlangsung pertemuan akbar usaha dakwah dan tabligh yang dihadiri hampir 100.000 manusia di Serpong, Jakarta. Hasilnya, hanya kedatangan MU yang berhasil digagalkan. Sedang acara di Serpong tetap jalan terus selama tiga hari tiga malam. Untuk Pangdam Diponegoro atau Kapolda Jawa Tengah, jika ingin menangkap banyak-banyak usaha dakwah dan tabligh. Tinggal tunggu saja malam jum’at, datangi markaz tabligh yang ada di Magelang, Solo dan Semarang lalu ciduk semua, beres to. Tapi, kalau ingin mempersempit ruang gerak teroris di Jawa Tengah, Kapolda sama Pangdam nggak usah malu-malu. Minta saja kepada setiap markaz tabligh untuk menggerakkan jamaah ke setiap mahalla (daerah terkecil dalam administrasi usaha dakwah dan tabligh). Intinya, tirulah Kapolda Jawa Timur, Anton Bahrul Alam. Yang Sukses menggerakkan masjid sebagai mata dan telinga aparat bukan malah memasang mata dan telinga aparat mengawasi masjid.

16.47

Bertanya 5 perkara kepada 700 orang alim

Bertanya 5 perkara kepada 700 orang alim Posted December 9, 2008 Filed under: Gerimis Nasehat dan Hikmah | Syeikh syuqaiq bin ibrohim rah berkata: “aku telah bertanya kepada 700 orang alim mengenai 5 perkara, mereka semuanya menjawab dengan jawaban yang sama”. 1. Aku bertanya: “Siapa orang yang berakal”? Mereka menjawab: “Orang yang tidak pernah mencintai dunia.” 2. Lalu aku bertanya, “Siapa orang yang cerdas? Mereka menjawab:”Orang yang tidak mau direpotkan dunia.” 3. Lalu aku bertanya: “Siapa orang yang kaya”? Mereka menjawab: “Orang yang ridho dengan sesuatu yang telah ditentukan Alloh untuknya.” 4. Lalu aku bertanya: “Siapakah orang yang yang fakir”? Mereka menjawab: ”Orang yang hatinya selalu beserta dengan tuntutan dunia”. 5. Lalu aku bertanya: “Siapakah orang yang bakhil “? Mereka menjawab: “Orang yang selalu menolak hak Alloh Ta’ala dari harta miliknya.”

16.46

3 hal yang di cintai di dunia

3 (tiga) hal yang dicintai di dunia ini Posted December 9, 2008 Filed under: Gerimis Nasehat dan Hikmah | Diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda: “Tiga hal yang dicintai olehku dari perkara duniawi yaitu minyak wangi , wanita dan ketenangan jiwaku (ketika bermunajat) dalam sholat”. Dan abu bakar ash shiddiq rhu berkata, “Dan tiga hal yang dicintai olehku dari perkara dunia yaitu duduk dihadapan anda (Nabi SAW), membaca sholawat kepada anda, dan menginfakkan hartaku kepada anda.” Dan bahwasanya Abu bakar rhu telah menginfakkan hartanya kepada Nabi sebanyak 40.000 dinar Dan umar rhu berkata: “Dan tiga hal yang dicintai olehku dari perkara dunia yaitu perintah untuk kebaikan (Al ma’ruf), melarang dari kemungkaran, dan menegakkan ketentuan-ketentuan (syariat)”. Dan dari sahabat usman rhu berkata, “Dan tiga hal yang dicintai olehku dari perkara dunia yaitu memberi makan, menebarkan salam (perdamaian), dan sholat di waktu malam sementara manusia tertidur.” Dan sahabat Ali rhu berkata, “Dan tiga hal yang dicintai olehku dari perkara dunia yaitu memukulkan pedang, puasa di musim panas, dan menjamu tamu”. Lalu turun malaikat jibril , dan berkata “Wahai Nabi Alloh, dan tiga hal yang dicintai olehku dari kalian yaitu turun kepada para nabi, menyampaikan risalah kepada rasul dan memuji dengan ucapanAlhamdu Lillahi Rabbil ‘Alamin. Kamudian malaikat jibril berkata: “Sesungguhnya Alloh Ta’ala berfirman: Tiga hal yang dicintai oleh-Ku dari kalian yaitu lidah yang selalu berdzikir, hati yang bersyukur, dan tubuh yang sabar mengemban cobaan (ujian).” Beramal kebajikan dengan semua ini adalah termasuk dari tanda-tanda cinta bagi orang yang berharap untuk bisa masuk kedalam sabda Nabi SAW “Siapa orangnya yang mencintaiku niscaya ia akan bersama-sama aku di syurga” Dan ketika hadits ini sampai kepada imam-imam yang empat. Imam abu hanifah rah berkata: “Tiga hal yang dicintai olehku dari duniamu, yaitu menghasilkanilmu disepanjang malam, meninggalkan untuk bermegah-megahan dunia dan tingi-tinggian kedudukan, dan hati yang sunyi dari cinta kepada dunia.” Imam malik rah berkata: “Tiga hal yang dicintai olehku dari duniamu, yaitu selalu bertetangga berada dekat raudhah nabi saw dan senatiasa berziarahke makam beliau,dan memuliakan ahlul bait nabi.” Imam asy syafi’i rah bekata: “tiga hal yang dicintai olehku dari duiamu yaitu berbudi pekerti dengan sikap kasih saying, meninggalkan sesuatu yang menyebabkan pemaksaan, dan mengikuti dengan tata cara tashowuf ( wal iqtidau bi thoriqit tashowwuf)” Imam ahmad rah berkata: Tiga hal yang dicintai olehku dari duniamu yaitu mengikuti Nabi saw didalam semua hadits- haditsnya dan menuai keberkehan dengan cahaya-cahaya ilmu beliau, dan menempuh jalan dengan mengikuti jejak-jejak beliau.

16.44

Bergabung, Menyebar, Memberikan manfaat

Bergabung, Menyebar, Memberikan manfaat Perbedaan Mukjizat, Karomah, Ma’unah, Istidroj, serta Ihanah Posted December 22, 2008 Filed under: Gerimis Nasehat dan Hikmah | Mukjizat ialah perkara yang nampak yang bertentangan dengan kebiasaan (yaitu hal yang luar biasa yang terhadi melalui) tangan nabi atau rasul setelah diutusnya (yang dilakukan) pada saat berdakwah (menyebarkan) misi kenabian dan kerasulan, seperti menghidupkan orang mati, menghilangkan gunung dan memancarkan air dari sela-sela jari jemari. Adapun jikalau perkara (sesuatu yang luar biasa itu) tampak pada tangan selain nabi dan rasul, jikalau ia seorang wali (kekasih Alloh), maka sesuatu yang luar biasa itu sebut karomah (keramat wali). Seperti keistimewaan yang terjadi pada siti maryam. Beliau berada di dalam pemeliharaan nabi zakariya as, dan tidak seorang pun selain nabi zakaria dapat masuk ke tempat siti maryam berada. Nabi zakaria, jika keluar dari sisi siti maryam beliau pasti menutup/mengunci tujuh pintu untuk menjaganya. Ketika nabi zakaria masuk ke mihrob siti maryam berada, beliau mendapati buah-buah musim dingin pada saat musim panas, dan mendapati buah-buahan musim panas pada saat musim dingin, maka beliau terkagum-kagum. Karena itu, lalu beliau bertanya kepada siti maryam mengenai jalan/cara sampainya rejeki tersebut kepadanya, bukan pada musimnya, padahal pintu-pintu tersebut terkunci dan penjaga selalu berkeliling di seputar kamar (ruangan beribadah) nya. Siti maryam menjawab pertanyaan nabi zakaria, bahwasanya rezeki tersebut dari Alloh dan sesungguhnya Alloh akan memberikan rezeki kepada orang yang dihendakiNya, dengan tanpa perhitungan, sebagai bentuk pemberian Fadhol (kemurahan), dengan tanpa mengurang-ngurangi (Qs ali imron:37) Dan seperti keistimewaan yang terjadi pada Fatimah ru, ketika suatu ketika beliau menghadiahkan kepada ayahhandanya nabi saw dua potong roti dan sepotong daging yang diletakkan di dalam piring/mangkok yang ditutup. Lalu nabi saw mengirimkan kembali pembawa piring mangkok itu dan sesuatu yang bersamanya yaitu piring dan mangkok tersebut ke rumah fatimah. Ketika nabi saw duduk dan berdiam diri pada tempat duduknya, di rumah fatimah, maka beliau bersabda: Bawalah kemari piring tersebut wahai putriku.” Lalu fatimah membuka piring tersebut tiba-tiba saja piring tersebut dipenuhi roti dan daging. Kemudian nabi saw bertanya kepada fatimah, “bagaimana kamu mendapatkan semua ini?” Siti fatimah menjawab:” Semua ini berasal dari Alloh. Sungguh Alloh akan memberi rezeki kepada orang yang dikehendakiNya dengan tanpa perhitungan.” Kemudian Nabi saw bersabda, “Segala puji bagi Alloh swt, yang telah menjadikanmu seeorang perempuan yang menyerupai pemimpin kaum perempuan bani isroil” Kemudian nabi saw mengumpulkan ali rhu, hasan rhu, dan husain rhu serta seluruh penghuni rumah ali, untuk makan bersama makanan yang ada didalam piring itu, Lalu mereka semua makan hingga kenyang, namun makanan tersebut masih tetap tersisa. Maka fatimah mengirimkannya kepada para tetangganya. Jikalau kekampuan luar biasa itu terjadi dari orang-orang awam diantara orang-orang islam dalam bentuk sebagai penyelamatan dari segala bencana dan dari segala hal yang tidak disukainya maka kemapuan luar baisa itu disebut Ma’unah (pertolongan Alloh) Jika kempauan luar biasa itu terjadi pada seorang fasik, maka jika hal itu terjadi sesuai dengan tujuannya maka kemampuan luar biasa itu disebut Istidroj (tipu daya Alloh kepada orang tersebut dan untuk menguji keimanan orang-orang islam yang menghadapinya) Dan jika tidak sesuai dengan tujuannya maka hal itu disebut Ihanah (Penghinaan Alloh kepada orang tersebut) seperti yang pernah terjadi pada Musailimah al kadzab (kalimat musailimah dengan dibaca kasroh huruf lamnya/orang yang mengaku sebagai nabi) Sesungguhnya musailimah berdoa untuk orang yang buta satu matanya, agar matanya yang buta itu menjadi sembuh bisa melihat, maka matanya yang sehat menjadi buta pula. Dan musailimah meludah ke dalam sumur, agar supaya bertambah manis rasa airnya, maka iar sumur tersebut berubah menjadi air asin yang sangat asin hingga terasa pahit. Dan musalimah mengusap kepala anak yatim, maka menjadi rontoklah rambut kepala anak yatim tersebut. Dan semua kejadian ini adalah bukti yang memperkuat kebohongan pegakuan menjadi nabi, rasul. Semua hikayat tersebut dituturkan oleh syeikh al laqoni dalam kitab umdatul murid.. Sumber: Bahjatul wasail bi syarhi masail, Syaikh Muhammad nawawi albantani rah

16.42

Berbagi pandangan Ilmiah tentang Dakwah Dan Tabligh

Berbagi Pandangan Ilmiah tentang Usaha Dakwah dan Tabligh Posted December 3, 2009 Filed under: Kitab/buku | Judul asli : Nadzrah Ilmiyah fi Ahlit Tabligh wad Da’wah Pengarang : Syeikh Ayman Abu Syadi Penerbit : Maktabah Al-Majallad Al-Araby Cairo Jumlah seri : 5 buku Jumlah hal : seri I (128 h) seri II (128 h) seri III (270 h) seri IV (285 h) seri V (319 h) Buku ini terdiri dari 5 seri dengan kwantitas halaman yang berlainan. Diikarang oleh Syeikh Ayman Abu Syadi. Beliau adalah alumni universitas Al-Azhar dengan memperoleh ijazah ‘aliyah (licence) dari fakultas Syariah Islamiyah, sebagaimana tertulis pada sampul bukunya. Beliau juga memiliki sanad (rantai ilmu) dalam bidang aqidah, hadits, ushul fiqh, dan fiqh, bahkan sudah diberi izin (ijazah) oleh gurunya untuk menyampaikan ilmu yang telah didapatkannya. Kelima seri buku karya Syeikh Ayman Abu Syadi ini tampaknya patut menjadi buku bacaan para pegiat dakwah (lebih khusus : JT) agar tidak runtuh oleh banyaknya tuduhan-tuduhan dari kelompok-kelompok yang tidak menyukainya. Bahkan, perlu untuk dibaca juga bagi orang-orang yang menganggap Jamaah Tabligh (JT [sebagaimana orang-orang menyebutnya]) ini telah menyimpang dari ajaran Nabi SAW (bid’ah). Dan tidak mengurangi kelayakan bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih jauh tentang JT itu sendiri. Setiap seri dari kelima seri ini menjawab satu tuduhan (syubuhat) yang dilontarkan oleh kelompok-kelompok yang menyesatkannya, dijawab dengan dalil dari Quran, Sunnah, maupun perkataan ulama-ulama salaf dengan mengutipkannya dari referensi-referensi kitab klasik (turats). Seri pertama membahas tentang penentuan nishab (tahdidul awqath) yang ada dalam aktivitas JT seperti 3 hari, 40 hari, 4 bulan, dll serta menjawab berbagai tuduhan yang berkaitan dengan hal tersebut. Pada seri pertama ini sebelum masuk pada jawaban atas tuduhan, pengarang menjelaskan terlebih dahulu tentang : 1. pengertian bid’ah menurut berbagai pendapat ulama (Imam Az-Zarkasyi, Syaikhul Islam Ibnu Hajar Al-Asqalany, dll), 2. pengklasifikasiannya kedalam bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah (Imam Syafi’i, Imam Syatiby, Al-’Allamah Al-Ainy, dll), 3. juga memaparkan pendapat-pendapat ulama lain yang membagi bid’ah menjadi 5 bagian; wajibah, mandubah, mubahah, mamnu’ah, makruhah (Imam Al-Qarafy, Imam Nawawy, Imam Al-’Izz bin Abdus Salam, dll). Kemudian seri pertama ini ditutup dengan lampiran fatwa-fatwa dan pandangan para ulama tentang JT, diantaranya; Syeikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh, Syeikh Abdul Aziz bin Baz, Syeikh Abu Bakr Al-Jazairy, Dr. Muhammad Bakr Ismail, Syeikh Muhammad Abu Zahrah, dll. Seri kedua membahas tentang konsep jihad (mafhumul jihad), sebagai jawaban atas tuduhan bahwa JT mengingkari adanya jihad dan mendistorsikan makna jihad serta mengalih maknakan makna jihad ke dalam dakwah. Kemudian ditutup juga dengan fatwa dan pandangan beberapa ulama Islam (Syeikh Abul A’la Al-Mawdudi, dll) Seri ketiga membahas tentang konsep loyalitas keislaman (al-wala’ wal bara’), sebagai jawaban atas tuduhan bahwa JT tidak memiliki loyalitas keislaman dan tidak memiliki ikatan keimanan yang teguh. Kemudian sebagaimana pada seri sebelumnya, ditutup dengan pandangan maupun fatwa ulama (Syeikh Abu Hasan Ali An-Nadwy, Prof. Dr. Wahidudin Khan, dll) Seri keempat membahas tentang metode keberislaman Nabi SAW (manhaj nabawy), sebagai jawaban atas tuduhan bahwa JT tidak ingin menegakkan agama Islam di muka bumi dan tidak menginginkan masyarakat Islamy itu terbentuk. Lalu ditutup dengan pandangan dan fatwa para ulama (Syeikh Sa’duddin Sayyid Shalih, dll) Seri kelima membahas tentang konsep mencegah kemunkaran (taghyirul munkar), sebagai jawaban atas tuduhan bahwa JT tidak mempedulikan adanya kemunkaran dan tidak memiliki anggapan bahwa menegah kemunkaran adalan bagian dari kewajiban seorang muslim. Lalu ditutup dengan fatwa dan pandangan para ulama (Dr. Sa’id Ramadhan Al-Buthy, dll) Demikian review singkat dari buku ini. Sebenarnya banyak pembahasan-pembahasan yang menarik untuk disimak dari buku ini, mengingat hampir semua tuduhan dijawab dengan jawaban yang bereferensikan kitab islam klasik (turats) bahkan pengarang tak jarang menampilkan pembahasan salah satu tema kaedah ushul fiqh, dll, namun karena keterbatasan waktu, pereview hanya dapat memberi gambaran singkat saja. Oleh karena itu, tulisan ini lebih pantas disebut review, bukan resensi. Semoga bermanfaat. Sumber: http://estethiques.blogspot.com/2006/12/sebuah-pandangan-ilmiah-tentang-jamaah.html Catatan: Untuk mendownload kitab tersebut silahkan untuk masuk ke link dibawah ini: Kitab Jilid 1: tahdidul awqoth (penentuan waktu) http://www.gmrup.com/show.php/35273_RAR001.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/35274_RAR002.rar.html Kitab Jilid 2: memahami Jihad. Terdiri dari 2 bagian: http://www.gmrup.com/show.php/39408_WINRAR1.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/39409_WINRAR2.rar.html Kitab Jilid 3: memahami alwalaa dan albaraa. Terdiri dari 8 bagian: http://www.gmrup.com/show.php/41688_WINRAR1.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/41753_WINRAR2.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/41754_WINRAR3.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/41756_WINRAR4.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/42316_WINRAR5.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/42317_WINRAR6.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/42320_WINRAR7.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/42322_WINRAR8.rar.html Kitab Jilid 4 : minhaj Nubuwwah. Terdiri dari 8 bagian: http://www.gmrup.com/show.php/46001_WINRAR1.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/46003_WINRAR2.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/46099_WINRAR3.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/46005_WINRAR4.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/46012_WINRAR5.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/46015_WINRAR6.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/46016_WINRAR7.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/46019_WINRAR8.rar.html Kitab Jilid 5 : Memahami merubah kemungkaran. Terdiri dari 10 bagian: http://www.gmrup.com/show.php/59966_WINRAR001.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/59997_WINRAR002.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/60018_WINRAR003.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/60059_WINRAR004.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/60069_WINRAR005.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/60082_WINRAR006.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/60083_WINRAR007.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/60090_WINRAR008.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/60092_WINRAR009.rar.html http://www.gmrup.com/show.php/60096_WINRAR010.rar.html

16.40

Penjelasan 3hari,40 hari dan 4bulan

Apakah khuruj 3 hari, 40 hari, dan 4 bulan itu Bidah? (Bag.3) Posted November 17, 2008 Filed under: Dakwah Ila Alloh | (Lanjutan dari bagian kedua) Penentuan waktu untuk tujuan syar’i termasuk sunnah Syaikh Aiman abu syadi bekrta, “selanjutnya kami menyampaikan bahwa apabila kami menerima bantahan tentang tahdid (pembatasan) dalam mahfum adad—yaitu khuruj 3 hari, 40 hari, 4 bulan, dsb—ini sebagai pembatasan waktu, maka siapakah diantara alim ulama muktabar yang mengatakan bahwa pembatasan waktu untuk melakukan kewajiban-kewajiban syari itu adalah bidah sehingga harus ditinggalkan????? Berikut ini adalah dalil yang terdapat di dalam hadits shahih Bukhori, kitab ilmu, Bab: Nabi saw memelihara (waktu) kepada mereka untuk memberi mau’izhah dan ilmu agar mereka tidak bubar” Ibnu Mas’ud ra, meriwayatkan, “ Nabi saw mengatur (waktu) untuk kami dalam memberi nasehat di (sela) hari-harinya untuk menghindari kejenuhan terhadap kami” (shohih bukhro:I/27, msulim dalam bab taubat) Ibnu hajar rah menulis, “Ungkapan; Nabi saw memelihara waktu untuk mereka, “lafdz At-Takhawul berarti memelihara waktu untu mereka, Al mau’izhah berarti nasehat dan peringatan, lafadz al ilmu diathofkan kepada lafadz Al Mau’izhah sehignga termasuk dalam bab ‘ Mengikutkan lafazh yang umum kepada yang khusus’, karena Al ilmu mengandung Mau’izhah dan yang lainnya. Diathafkan demikian, karena Mau’izhah terdapat dalam nash hadits dan lafazh al ilmu disebutkan sebagai dasar pengambilan hukum” (fathul bari:I/195) Perhatikanlah pendapat Imam hafizh Ibnu hajar rah, bahwa Al Mau’izhah adalah nasehat dan peringatan. Dan kita ketahui bahwa tidak ada aktivitas dakwah kecuali berupa nasehat dan peringatan terhadap manusia tentang ajaran-ajaran agama mereka. Lalu apakah nasehat dan peringatan termasuk dalam aktivitas dakwah atau tidak?? Bagaimana Nabi saw memelihara waktu untuk mereka dalam waktu tertentu dan terbatas, sehingga mereka tidak jenuh apabila dilakukan sehari-hari.. Dan perhatikalanlah, ucapan hafizh Ibnu Hajar rah, bahwa lafazh Al ilmu dikikutkan kepada lafazh Al Mau’izhah, termasuk dalam bab ‘Menngikutkan lafazh umum kepada yang khusus’, karena al ilmu mengandung mau’izhah dan yang lainnya.. Dalil imam bukhori dengan judul hadits diatas tentang penentuan waktu, tidak dikhsusukan pada mau’izhah saja. Lafazh al ilmu bermakna umum, maka keumuman lafazh al ilmu ini memuat semua cabangnya, seperti fiqih, hadits, tafsir, dakwah, ushul, fiqih, nahwu, ulumul lughoh, ulumul quran dan lainya masih banyak. Dalam mendengar dan mempelajari semua cabang ilmu tersebut, diperbolehkan mengadakan pembatasan dan penetuan waktu, baik berupa harian, mingguan, bulanan, atau tahunan, sebagaimana yang sudah berjalan di setiap perguruan tinggi islam yang tersebar di seluruh penjuru dunia islam.. Mereka membatasi 4 atau 5 tahun untuk strata satu (S1), 4 tahun untuk mempelajari berbagai cabang ilmu lainnya, ada yang lebih dari 5 tahun dan ada yang kurang dari itu, bergantung pada aturan yang berlaku di masing-masing perguruan. Dan seluruh umat sepakat, bahwa hal tersebut adalah baik, bahkan mereka berlomba-lomba untuk menambah Dauroh ilmu tertentu dan mendukung system pengaturan tersebut.. Belum ada seorangpun, –sejak didirikannya system tersebut hingga sekarang ini–, yang mengklaim bahwa hal tersebut adalah bidah atau sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh nabi saw dan para sahabat ra dengan membatasi 4 tahun untuk mempelajari hadits, dakwah, ushul fikih, fiqih, dan lain-lain..Seandainya ada seseorang yang mengatakan hal itu bidah, tentu orang-orang akan menertawakannya..Bahkan melalui system pengaturan waktu tersebut banyak yang telah tamat dari pesantren-pensantren., sekolah-sekolah, dan perguruan-perguruan tinggi, para imam agama.. Hafizh ibnu hajar rah berkata, “Hadits ini menunjukkan istihbab (disukai) meliburkan rutinitas amal sholeh untuk menghindari kebosanan. Rutinitas yang diperintahkan ada 2 macam. Pertama, ada kalanya setiap hari, namun tanpa meletihkan. Kedua, ada kalanya sehari masuk dan sehari libur untuk beristirahat, agar pada hari berikutnya dapat masuk dengan semangat, dan ada kalanya libur sehari dalam sepekan bergantung pada situasi.. Yang penting ktia perlu menjaga semangat agar tetap wujud. Sikap ibnu mas’ud rhu ini menunjukkan bahwa ia mengikuti sikap nabi saw hingga hari terakhir ia melihatnya. Hadits ini menunjukkan bahwa ia mengikuti nabi saw dengan hanya melihat selang waktu antara mengamalkan dan meninggalkan, diungkapkan olehnya dengan takhawwu, yang berarti menjaga dan memelihara waktu. Pendapat kedua ini lebih jelas. “(Fathul bari:I/196) Syaikh aiman berkata, perhatikanlah pendapat imam besar ini, yang menyatakan bahwa rutinitas amal sholeh terkadang dilakukan setiap hari –sekiranya tidak melelahkan—dan terkadang sehari jalan dan sehari tidak, dan terkadang sehari saja yang diliburkan dalam seminggu, bergantung pada situasi dan kondisi masing-masing. Dan terkadang perlu libur dua hari dalam seminggu, dua atau tiga hari dalam sebulan, bergantung pada situasi dan kondisi masing-masing.. Demikianlah para ahli dakwah dan tabligh pun tidak membatasi 3 hari dalam setiap bulan, kecuali untuk menjaga rutinitas dakwah yang sesuai dengan masa, tempat, dan kondisi mereka sekarang ini.. Penjelasan imam ibnu hajar rah, bahwa ibnu mas’ud ra mungkin mengambil sikap berdasarkan sikap nabi saw hingga hari terakhir ia melihatnya. Ibnu mas’ud rahu mengikuti sikap nabi saw hanya dengan melihat jeda waktu antara mengamlkan dan meninggalkan (takhawwul). Ia mendunkung dan membatasi waktu untuk para shahabatnya yang biasa ia nasehati, karena mengikuti cara nabi saw. Dan ia tidak mengganti dengan nama hari dan tidak pula menyebutkan waktu yang telah digunakan oleh nabi saw dengan para sahabatnya, namun ia berpendapat bahwa masalah ini adalah luas, bergantung pada situasi , kondisi individu, dan zaman pada saat itu.. Demkian pula yang dilakukan oleh para ahli dakwah, mereka mengikuti metode nabi saw dalam menggunakan waktu yang mendukung untuk menasehati dan meningkatkan diri mereka dan manusia. Mereka tidak membatasi bahwa waktu-waktu tersebut adalah yang dilakukan oleh nabi saw, karena masalah ini sangat luas yang dapat diatur sesuai dengan kondisi dan siatuasi masing-masing individu, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh imam ibnu hajar al atsqolani rah. Demikian pula yang dipahami dan diamalkan oleh Ibnu Mas’ud rhu. Beliau tidak menjadikan kaedah dengan waktu yang telah dibatasi dan digunakan oleh nabi saw, Karena masalah ini sangat luas” (Nazhrah ilmiah fi ahli tabligh wad dakwah:I/60-65). Sahabat Rhu membatasi waktu Apakah pembatasan waktu tidak pernah dilakukan oleh sahabat ra?? Mari kita simak jawabannya: Terdapat beberapa keterangan bahwa pasa sahabat ra pun mengadakan pemabtasan waktu dalam hal-hal tertentu . Para imam hadits, diataranya imam bukhrori telah membuat judu dalam kitab shohinya, bab: “Seorang Ahli Ilmu Agama yang menjadikan hari-hari tertentu untuk memberi mau’izhah” Di dalamnya terdapat hadits dari abi wail, ia berkata, “Dulu Abdullah bin mas’ud memberi mauizhah untuk orang-orang setiap hari kamis”. Lalu seoranglaki-laki berkata, Ya aba Abdurrahman, sungguh senang hatiku apabila engkau memberi mauizhah kepada kami setiap hari.” Jawabnya, :tidak , aku dilarang berbuat demikian, sungguh aku benci, bila aku membuat kalian bosan..Dan sesungguhnya aku menjaga dan memelihara waktu kalian dalam memberi mauizhah , sebagaimana nabi saw menjaga dan memelihara waktu kami dalam menasehati untuk menghindari kebosanan kami” (shohih bukhori:I/27) Di dalam hadits ini terdapat pengkhususan hari kamis dari setiap minggu untuk memberi nasehat dan (meningkatkan) iman. Di dalam hadits ini juga terdapat pembolehan atas pemabtasan dan penetuan waktu dalam rangka menasihati umat. Dan untuk mengerjakan semua cang ilmu, seperti : fiqih, hadits, ilmu dakwah, tafsir, dan lain-lainnya, boleh dikiaskan kepadanya, baik waktu yang dibatasi sehari, dua hari atau tiga hari.. Apabila kita mengenalisa judul bab atas hadits tersebut, sesungguhnya ilmu yang disebutkan dalam judul hadits tersebut adalah umum, bermacam-macam dan bercabang-cabang , memuat semua cabang ilmu, seperti fiqih, hadits, tafsir, bahasam bayan, balaghoh, dakwah, ulumul quran, usuhul fiqih, mauizhah dan lain sebagainya..dan semua cabang ilmu itu sebagai obyek pembahsan judul hadits. Hal ini bermakna, boleh mengkhususkan waktu-waktu tertentu utntuk semua cabang ilmu tersebut. Dan seandainya kami memerinci lagi judul hadits tersebt berdasarkan sifat umum jaudul hadits diatas, dengan salah satu cabang ilmu, misalnya, fiqih, dan kami tulis judul tersebut demikian, ” Seseorang ahli fiqih menjadikan hari-hari tertentu untuk memberikan pelajarannya”. Apakah ada yang menentang judul tersebut?? Apakah ada yang menolak perkataan kami itu???? Jawabnya , pasti tidak ada Oleh sebab itu, setiap ahli ilmu dan para ahli fiqih memabtasi waktu-waktu tertentu untuk murid-muridnya dalam mempelajari ilmu fiqih, baik sehari dalam seminggu, sehingga dalam sebulan bertjumlah 4 hari, atau dua hari dalam seminggu, sehingga sebluan menjadi delapan hari, atau lebih banyak atau lebih sedikit dari waktu –waktu tersebut. Tidak itu saja, sekarangpun seseorang dapat membatasi dengan mengkhususkan hari-hari tertentu baik itu hari jumat, sabtu, ahad, atau hari-hari lainnya. Dan itu juga dapat membatasi dan mengkhususkan waktu yang akan digunakan, misalnya: anatara maghrib dan isya, atau setelah isya, atau setelah ashar, dan sebagainya.. Selanjutnya dalam waktu yang terbatas ini, ia pun dapat lebih mengkhususkan lagi waktu penggunaannya, yaitu sejam atau setengah jam atau lebih atau berkurang dari waktu-waktu tersebut. Pertanyaaanya adalah, “Apakah semua itu termasuk sunah atau bidah?????? Kami jawab dengan tegas bahwa semua itu termasuk sunah, tanpa ada keraguan sedikitpun didalamnya, sebab hal tersbut telah dilakukan oleh nabi saw danpara sahabat rhum, para tabiin, dan para imam, alim ulama mujtahidin pada abad ke III, dan juga oleh orang-orang yang mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk mempelajari ilmu yang mereka khususkan.. Dan apabila kami memberi judul, misalnya; “Seorang ahli hadits menjadikan hari-hari tertentu untuk memberi pelajarannya”. Apakah ada yang menetang judul ini?? Apakah ada yang menuduhnya bidah?? Jawabnya; hal tersebut justru sunah yang harus diikuti bahkan mempelajari hadits nabi saw adalah fardhu kifayah. Meskpiun hal tersebut dilakukan dengan waktu-waktu terbatas dan khusus.. Apabila kami menuliskan judulnya, “Seorang ahli tafsir menjadikan hari-hari tertentu untuk memberi mauizhah”. Apakah ada yang menentangnya?? Jawabannya, tidak ada, bahkan hal ini disukai oleh setiap orang, karena tafsir adalah cabang dari ilmu.. Demikianlah, karena alasan pengkhususan waktu tersebut adalah sesuai dengan kehidupan manusia, sebagaimana pendapat alim ulama rah.. Dapat dibayangkan, apabila ada seorang ulama berkata kepada masyarakat; Ulama: ”Wahai manusia, aku akan mengajarkan ilmu tafsir, insyaAlloh dalam minggu-minggu ini”. Lalu orang-orang yang hadir bertanya; “Waktunya kapan ya ustadz, agar kami bisa menghadirinya?”. Kemudian ulama tadi menjawab, “ Tidak, kami tidak membatasi waktu tertentu, karena ini bidah. Namun datanglah kalian dalam minggu-minggu ini, dengan ijin Allah swt pelajaran dan ceramah akan dimulai.” Kemudian mereka datang pada hari sabtu, namun syeikh yang mulia tidak datang. Mereka pun berkata di dalam hatinya, “Syaikh yang alim tidak datang” Syaikh tidak menentukan waktu belajarnya (karena beliau anggap membatasi waktu tertentu adalah bidah). Dan sebaliknya ia datng pada hari yang mereka tidak datang. Misalnya hari Jumat, maka ia tentu tidak dapat menemukan mereka.. Syaikhpun berkata dalam hatinya, “Mereka itdak menyukai ilmu dan tidak menghendaki pelajaran”. Syaikh mencela masyarakatnya, dan masyarakatnya pun berbalik mencelanya. Kemudian syaikh berkata lagi, “kalau begitu datanglah lagi dalam minggu-minggu ini untuk mendengarkan pelajaran”. Lalu mereka bertanya, “Hari apa ya ustadz??” Syaikh menjawab, “Kami tidak menentukan hari karena hal itu adalah bidah, tetapi kalian datang saja…”. Mereka meminta kepastian dan berkata” Jangan demikian, kami telah banyak kehilangan waktu, tentukanlah waktunya atau pelajaran tidak usah diadakan.” Perbincangan itu tidak akan berakhir, kecuali jika syaikh bersedia menetukan waktu khusus untuk mereka, agar pelajaran bagi mereka dapat terlaksanakan. Apakah dakwah terkeluar dan bukan dari salah satu cabang ilmu?? Dan apakah berlebih-lebihan , jika kami katakana bahwa dakwah adalah induk semua jenis ilmu syari?? Dari dakwahlah ilmu menjadi bercabang-cabang, dari dakwalah cabang-cabang ilmu dipelajari.. Dan kaum muslimin sejak masa nabi saw hingga sekarang rajin membuat kelompok yang mempelajari metode dakwah, teknik, dan tujuan-tujuannya. Inilah yang dipelajari oleh fakultas dakwah, universitas al azhar di kairo mesir, fakultas dakwah di madinah al munawarah, dan masih banyak di perguruan tinggi dunia islam lainnya.. Lalu sekarang menjadi aneh, jika judul dakwah secara khusus ditolak dan menerima yang lainnya?? Alloh berfirman, “Bahkan mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjesalannya.” (Yunus:39) Apabila ditanya, apakah mengkhususkan waktu-waktu untuk mempelajari dakwah dan menyebarkannya kepada umat, sunah atau bidah?? InsyaAlloh akan dijawab tanpa keraguan didalamnya, Yaitu Sunnah. Bahkan dakwah itu sebagai kewajiban dan pengkhususan waktu untuk mempelajari dan menyebarkan dakwah nabi saw itu dilakukan oleh sahabat ra, sebagaimana disebutkan adanya judul dari shohih bukhrori.. Sesungguhnya para sahabat ra pun menentukan waktu untuk mencapai tujuan-tujuan syariat. Dan dakwah tidak berbeda dengan judul-judul yang disebutkan, seperti ilmu fiqih, hadits, tafsir, mau’izhah, dan lain-lain. Sebagaimana pengkhususan waktu untuk mempelajari dan menyebarkan cabang-cabang ilmu tersebut adalah sunnah—bukan bidah–, maka demikian pula dakwah, karena semuanya memiliki satu tujuan umum, yaitu mempelajari ilmu dan menyebarkannya. Imam bukhori rah menetapkan bahwa penetapan waktu ini adalah jaiz (boleh), karena tanpa mengadakan demikian, maka dapat mendatangkan kesulitan. Padahal menuntut ilmu hukumnya wajib, tidak boleh ditinggalkan. Demikian pula dakwah, maka tidak ada cara keculai dengan menetukan dan mengkhususkan waktunya, yaitu pada hari yang dapat dihadiri oleh masyarakat, sehingga tidak menyulitkan mereka serta kehidapanya. Dan tujuannyapun dapat tercapai. Imam al kasymiri rah dalam faidhil bari, syarah shohih bukhori hal 170, dalam menjelaskan judul hadits ini, berkata: “ Dia (imam bukhori) memaksudkan penentuan waktu seperti tidak disebut bidah. Demi Alloh, demikianlah perasaan setiap orang yang khuruj untuk berdakwah bersama ahli dakwah dengan waktu-waktu yang telah ditentukan. Berbeda dengan dosa kesombongan yang merasuk di dalam hati. Ketenangan inilah yang selalu kami lihat terhadapa orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Alloh SWT. Untuk menggunakan setiap tenaganya untuk khuruj dan meluangkan waktunya untuk berkhidmat kepada agama Allah. Namun tidak sedikit orang yang menentang, mencela dan mengkritik mereka dalam masalah waktu-waktu mereka yang digunakan siang dan malam. Mereka juga dengan seenaknya mengingkari hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban agama Alloh, dan dengan seenaknya menolak dengan kekuatan mereka, padahal dibelakangnya mereka memiliki lembaran-lembaran yang menghapus pahala amal mereka dan menyegel perkataaan mereka yang jujur dan hak, bukan yang palsu dan dusta. (Nazhrah ilmiah fi ahli tabligh wad dakwah:1/67-75) Perkataan para ulama tabligh tentang penentuan hari Penyusun kitab “kewajiban mengajak kepada kitab dan sunnah” berkata “ Aku bertanya kepada syaikh zainul abidin, “ Apa pendapat kalian tentang khuruj 4 bulan dan 40 hari dalam setiap tahun?? Dan apa dalilnya?? Beliau menjawab, “ Hal ini sekedar untuk (memudahkan pelaksanaan) tertib.” Syaikh umar palanpuri di dalam penjelasannya disalah satu ijtima’ berkata, “ kami tidak menemukan didalam alquran dalil-dalil 4 bulan setahun dan juga jamaah jalan kaki. Bahkan yang kami temukan adalah Alloh telah membeli semua kehidupan dan harta kaum mukmin, dengan demikian, Alloh telah memerintahkan kami agar keluar (khuruj) setahun atau 4 bulan..Mengapa, yaitu agar kami membiasakan diri mengorbankan harta dan diri di jalan Alloh. Kemudian syaikh berkata, “ Baik, siapa yang siap khuruj fi sabilillah 40 hari??” lalu ada seorang pemuda berdiri, dan berkata, “ ya syaikh kenapa hanya 40 hari??lalu syaikh menjawab, “Baik siapa yang siap 39 hari??” (sawanih syaikh Muhammad umar palanpuri: II/87). Demikianlah pendapat jumhur ulama dan para ahli ushul fiqih, bahwa pembatasan dan pengkhususan waktu untuk kepentingan agama tidaklah bertentangan dengan syariat, sehingga tidak dapat dikatakan bidah. Dan demikian pula ketetapan para ahli dakwah dan maksud penggunaan waktu-waktu tersebut, Kami memohon kepada Alloh agar melapangkan dada kami dan membangkitkan semangat kami, dan semoga syetan tidak menguasai kami atas syariat yang jelas untuk ikut andil dalam pembahasan ini… InsyaAlloh kesalahpahaman ini tidak akan bertambah lebar sehingga tidak akan menghambat umat untuk bersungguh-sungguh dalam agama dan dakwah..amin yaa rabbal alamin…

16.37

Prinsip Dakwah dalam Al-Quran

PRINSIP DA'WAH DALAM AL QUR'AN Pengertian dan Tujuan Da'wah Da'wah Secara lughawi berasal dari bahasa Arab, da'wah yang artinya seruan, panggilan, undangan. Secara istilah, kata da'wah berarti menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah Swt. dan rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Syaikh Ali Mahfuzh -murid Syaikh Muhammad Abduh- sebagai pencetus gagasan dan penyusunan pola ilmiah ilmu da'wah memberi batasan mengenai da'wah sebagai: "Membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma'ruf dan maencegah dari perbuatan yang munkar, supaya mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan di dunia dan di akhirat." Da'wah adalah usaha penyebaran pemerataan ajaran agama di samping amar ma'ruf dan nahi munkar. Terhadap umat Islam yang telah melaksanakan risalah Nabi lewat tiga macam metode yang paling pokok yakni da'wah, amar ma'ruf, dan nahi munkar, Allah memberi mereka predikat sebagai umat yang berbahagia atau umat yang menang . Adapun mengenai tujuan da'wah, yaitu: pertama, mengubah pandangan hidup. Dalam QS. Al Anfal: 24 di sana di siratkan bahwa yang menjadi maksud dari da'wah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja. Manusia dituntut untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya. Kedua, mengeluarkan manusia dari gelap-gulita menuju terang-benderang. Ini diterangkan dalam firman Allah: "Inilah kitab yang kami turunkan kepadamu untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada terang-benderang dengan izin Tuhan mereka kepada jalan yang perkasa, lagi terpuji." (QS. Ibrahim: 1) Urgensi dan Strategi Amar ma'ruf Nahi munkar Dalam Al-Qur'an dijumpai lafadz "amar ma'ruf nahi munkar" pada beberapa tempat. Sebagai contoh dalam QS. Ali Imran: 104: "Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung". Hasbi Ash Siddieqy menafsirkan ayat ini: "Hendaklah ada di antara kamu suatu golongan yang menyelesaikan urusan dawah, menyuruh ma'ruf (segala yang dipandang baik oleh syara` dan akal) dan mencegah yang munkar (segala yang dipandang tidak baik oleh syara` dan akal) mereka itulah orang yang beruntung." Dalam ayat lain disebutkan "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah" (QS. Ali Imran: 110). Lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar tersebut juga bisa ditemukan dalam QS. At Taubah: 71, Al Hajj: 41, Al-A'raf: 165, Al Maidah: 78-79 serta masih banyak lagi dalam surat yang lain. Bila dicermati, ayat-ayat di atas menyiratkan bahwa amar ma'ruf nahi munkar merupakan perkara yang benar-benar urgen dan harus diimplementasikan dalam realitas kehidupan masyarakat. Secara global ayat-ayat tersebut menganjurkan terbentuknya suatu kelompok atau segolongan umat yang intens mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kejelekan. Kelompok tersebut bisa berupa sebuah organisasi, badan hukum, partai ataupun hanya sekedar kumpulan individu-individu yang sevisi. Anjuran tersebut juga dikuatkan dengan hadits Rasulullah: "Jika kamu melihat umatku takut berkata kepada orang dzhalim, 'Hai dzhalim!', maka ucapkan selamat tinggal untuknya." Dari ayat-ayat di muka dapat ditangkap bahwa amar ma'ruf dan nahi munkar merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Allah dalam menilai kualitas suatu umat. Ketika mengangkat kualitas derajat suatu kaum ke dalam tingkatan yang tertinggi Allah berfirman: "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia." Kemudian Allah menjelaskan alasan kebaikan itu pada kelanjutan ayat: "Menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar." (QS. Ali Imran: 110). Demikian juga dalam mengklasifikasikan suatu umat ke dalam derajat yang serendah-rendahnya, Allah menggunakan eksistensi amar ma'ruf nahi munkar sebagai parameter utama. Allah Swt. berfirman: "Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Isra'il melalui lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat." (QS. Al Maidah 78-79). Dari sinipun sebenarnya sudah bisa dipahami sejauh mana tingkat urgensitas amar ma'ruf nahi munkar. Bila kandungan ayat-ayat amar ma'ruf nahi munkar dicermati, -terutama ayat 104 dari QS. Ali Imran- dapat diketahui bahwa lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar lebih didahulukan dari lafadz iman, padahal iman adalah sumber dari segala rupa taat. Hal ini dikarenakan amar ma'ruf nahi munkar adalah bentengnya iman, dan hanya dengannya iman akan terpelihara. Di samping itu, keimanan adalah perbuatan individual yang akibat langsungnya hanya kembali kepada diri si pelaku, sedangkan amar ma'ruf nahi munkar adalah perbuatan yang berdimensi sosial yang dampaknya akan mengenai seluruh masyarakat dan juga merupakan hak bagi seluruh masyarakat. Hamka berpendapat bahwa pokok dari amar ma'ruf adalah mentauhidkan Allah, Tuhan semesta alam. Sedangkan pokok dari nahi munkar adalah mencegah syirik kepada Allah. Implementasi amar ma'ruf nahi munkar ini pada dasarnya sejalan dengan pendapat khalayak yang dalam bahasa umumnya disebut dengan public opinion, sebab al ma'ruf adalah apa-apa yang disukai dan diingini oleh khalayak, sedang al munkar adalah segala apa yang tidak diingini oleh khalayak. Namun kelalaian dalam ber-amar ma'ruf telah memberikan kesempatan bagi timbulnya opini yang salah, sehingga yang ma'ruf terlihat sebagai kemunkaran dan yang munkar tampak sebagai hal yang ma'ruf. Konsisnten dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar adalah sangat penting dan merupakan suatu keharusan, sebab jika ditinggalkan oleh semua individu dalam sebuah masyarakat akan berakibat fatal yang ujung-ujungnya berakhir dengan hancurnya sistem dan tatanan masyarakat itu sendiri. Harus disadari bahwa masyarakat itu layaknya sebuah bangunan. Jika ada gangguan yang muncul di salah satu bagian, amar ma'ruf nahi munkar harus senantiasa diterapkan sebagai tindakan preventif melawan kerusakan. Mengenai hal ini Rasulullah Saw. memberikan tamsil: "Permisalan orang-orang yang mematuhi larangan Allah dan yang melanggar, ibarat suatu kaum yang berundi di dalam kapal. Di antara mereka ada yang di bawah. Orang-orang yang ada di bawah jika hendak mengambil air harus melawati orang-orang yang ada di atas meraka. Akhirnya mereka berkata 'Jika kita melubangi kapal bagian kita, niscaya kita tidak akan mengganggu orang yang di atas kita'. Jika orang yang di atas membiarkan mereka melubangi kapal, niscaya semua akan binasa. Tetapi jika orang yang di atas mencegah, maka mereka dan semuannya akan selamat." Suatu kaum yang senantiasa berpegang teguh pada prinsip ber-amar ma'ruf nahi munkar akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah Swt. yang antara lain berupa: 1. Ditinggikan derajatnya ke tingkatan yang setinggi-tingginya (QS. Ali Imran: 110). 2. Terhindar dari kebinasaan sebagaimana dibinasakannya Fir'aun beserta orang-orang yang berdiam diri ketika melihat kedzalimannya. 3. Mendapatkan pahala berlipat dari Allah sebagaimana sabda Nabi Saw.: "Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun". 4. Terhindar dari laknat Allah sebagai mana yang terjadi pada Bani Isra'il karena keengganan mereka dalam mencegah kemunkaran. (QS. Al-Maidah: 78-79). Secara prinsipil seorang Muslim dituntut untuk tegas dalam menyampaikan kebenaran dan melarang dari kemunkaran. Rasul Saw. bersabda: "Barang siapa di antara kamu menjumpai kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu hendaklah dengan lisannya, dan jika masih belum mampu hendaklah ia menolak dengan hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah selemah-lemahnya iman". Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk ber-amar ma'ruf dengan kekuasaan dalam arti kedudukan dan kemampuan fisik dan kemampuan finansial. Amar ma'ruf dan khususnya nahi munkar minimal diamalkan dengan lisan melalui nasihat yang baik, ceramah-ceramah, ataupun khutbah-khutbah, sebab semua. Muslim tentunya tidak ingin bila hanya termasuk di dalam golongan yang lemah imannya. Da'wah dan amar ma'ruf nahi munkar dengan metode yang tepat akan menghantarkan dan menyajikan ajaran Islam secara sempurna. Metode yang di terapkan dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar tersebut sebenarnya akan terus berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat yang dihadapi para da'i. Amar ma'ruf dan nahi munkar tidak bertujuan memperkosa fitrah seseorang untuk tunduk dan senantiasa mengikuti tanpa mengetahui hujjah yang dipakai, tetapi untuk memberikan koreksi dan membangkitkan kesadaran dalam diri seseorang akan kesalahan dan kekurangan yang dimiliki. Ketegasan dalam menyampaikan amar ma'ruf dan nahi munkar bukan berarti menghalalkan cara-cara yang radikal. Implementasinya harus dengan strategi yang halus dan menggunakan metode tadarruj (bertahap) agar tidak menimbulkan permusuhan dan keresahan di masyarakat. Penentuan strategi dan metode amar ma'ruf nahi munkar harus mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat yang dihadapi. Jangan sampai hanya karena kesalahan kecil dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar justru mengakibatkan kerusakan dalam satu umat dengan social cost yang tinggi. Dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar hendaknya memperhatikan beberapa poin yang insya Allah bisa diterapkan dalam berbagai bentuk masyarakat: 1. Hendaknya amar ma'ruf nahi munkar dilakukan dengan cara yang ihsan agar tidak berubah menjadi penelanjangan aib dan menyinggung perasaan orang lain. Ingatlah ketika Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar berbicara dengan lembut kepada Fir'aun (QS. Thaha: 44). 2. Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah diri, sebab cara amar ma'ruf yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan. 3. Menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar disandarkan kepada keihklasan karena mengharap ridla Allah, bukan mencari popularitas dan dukungan politik. 4. Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan menurut Al-Qur'an dan Al-Sunnah, serta diimplementasikan di dalam masyarakat secara berkesinambungan. Dalam menyampaikan da'wah amar ma'ruf nahi munkar, para da'i dituntut memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, baik kepada Allah maupun masyarakat dan negara. Bertanggung jawab kepada Allah dalam arti bahwa da'wah yang ia lakukan harus benar-benar ikhlas dan sejalan dengan apa yang telah digariskan oleh Al Qur'an dan Sunnah. Bertanggung jawab kepada masyarakat atau umat menganduang arti bahwa da'wah Islamiyah memberikan kontribusi positif bagi kehidupan sosial umat yang bersangkutan. Bertanggung jawab kepada negara mengandung arti bahwa pengemban risalah senantiasa memperhatikan kaidah hukum yang berlaku di negara dimana ia berda'wah. Jika da'wah dilakukan tanpa mengindahkan hukum positif yang berlaku dalam sebuah negara, maka kelancaran da'wah itu sendiri akan terhambat dan bisa kehilangan simpati dari masyarakat.

16.36

Dakwah

Sebelum berlanjut kepada pemandangan baru dari pemandangan-pemandangan kisah ini, Alquran berhenti pada penyampaian informasi dini. Yakni, dengan menghadapkan titah kepada nabi saw. Dan memerintahkan beliau agar mengumumkan dakwahnya kepada seluruh manusia, sebagai pembenaran terhadap janji Allah terdahulu. قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." (QS. Al-A’raaf: 158) Ini adalah risalah terakhir, risalah yang komplit dan universal, bukan hanya untuk kaum, bangsa, negeri, dan generasi tertentu saja. Risalah-risalah sebelumnya adalah risalah-risalah lokal, regional, dan temporal untuk waktu tertentu. Yaitu, waktu antara dua orang rasul. Kemanusiaan melangkah mengikuti petunjuk risalah-risalah ini dengan langkah-langkah yang terbatas, sebagai tahapan untuk menuju risalah terakhir. Setiap risalah melakukan penyesuaian dan penyelarasan di dalam syariahnya sesuai dengan perkembangan manusia. Sehingga, setelah datang risalah terakhir, maka ia datang dalam bentuk yang lengkap pokok-pokoknya. Cabang-cabangnya selalu berkembang dalam penerapannya. Ia datang untuk semua manusia, karena sesudahnya tidak ada lagi risalah-risalah bagi bangsa dan generasi mana pun di semua tempat. Ia juga datang sesuai dengan fitrah semua manusia. Oleh karena itu, risalah ini dibawah oleh Nabi yang ummi yang fitrahnya jernih, sebagaimana keluar dari tangan Allah. Ia belum terkontaminasi oleh sesuatu pun kecuali pengajaran Allah. Juga belum tercemar oleh ajaran-ajaran bumi dan pemikiran manusia! Nabi ini ditugasi membawa risalah fitrah kepada fitrah semua manusia. “Katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua…..” Ayat yang di dalamnya Rasulullah diperintahkan untuk menghadapi semua manusia dengan risalahnya, adalah ayat Makiyah dalam surah Makiyah. Ayat ini dihadapkan kepada orang-orang Ahli Kitab yang suka mengada-adakan kebohongan terhadapnya. Kaum Ahli Kitab itu berangggapan bahwa Nabi Muhammad belum pernah terbetik di dalamnya hatinya ketika berada di Mekah untuk mengarahkan pandangannya dengan risalahnya kepada selain penduduk Mekah. Menurut mereka, beliau baru mulai memikirkan bagaimana menyampaikannya kepada kaum Quraisy, bangsa Arab, Ahli Kitab, lalu kepada bangsa-bangsa yang ada di luar Jazirah Arab. Anggapan ini tidak lain hanyalah kebohongan sebagai buntut peperangan yang mereka lancarkan tempo dulu terhadap agama ini beserta pemeluknya. Peperangan yang terus saja mereka lakukan hingga kini dan nanti. Sebenarnya bencana yang besar itu bukan karena kaum Ahli Kitab melancarkan tipu dayanya terhadap agama Islam dan pemeluknya. Juga bukan karena kaum orientalis yang menulis kebohongan-kebohongan ini untuk menyerang Islam dan pemeluknya. Namun, bencana terbesar ialah banyaknya orang yang masih sederhana pemikirannya dan menisbatkan dirinya sebagai orang muslim, tetapi mereka terpedaya. Juga menjadikan orang-orang yang suka membuat-buat dusta atas nabi dan agamanya serta memerangi mereka dan akidah mereka sebagai gurunya. Mereka terima saja agama ini dari ‘guru-guru’ mereka yang orientalis itu. Mereka mengambil dukungan dari apa yang ditulis para orientalis itu tentang sejarah dan hakikat agama ini. Kemudian orang-orang bersahaja ini beranggapan bahwa para orientalis itu adalah kaum terpelajar dan berperadaban. Kita kembali kepada konteks Alquran setelah memberikan tugas kepada Rasulullah untuk memproklamirkan risalahnya kepada semua manusia. Maka, kita dapati di antara tugasnya ialah mengenalkan semua manusia kepada Tuhan mereka Yang Mahabenar lagi Mahasuci. “….Yaitu, Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan….” Sesungguhnya Nabi Muhammad adalah rasul bagi semua manusia, dari Tuhan mereka yang memiliki seluruh semesta ini yang mereka termasuk di dalamnya. Hanya Dia sendiri yang memiliki uluhiyyah, karena semuanya adalah hamba bagi-Nya. Dan Yang tampak jelas kekuasaan-Nya dan ketuhanan-Nya, bahwa Dia Yang menghidupkan dan mematikan. Tuhan Yang menguasai seluruh wujud semesta, yang memiliki hak uluhiyyah atas semua makhluk, dan berkuasa terhadap kehidupan dan kematian semua manusia. Dialah yang berhak agar semua manusia beragama dengan agama-Nya, yang disampaikan Rasul-Nya kepada mereka. Rasul yang memperkenalkan kepada manusia tentang hakikat Tuhan mereka, supaya ubudiyah mereka kepada Allah dan ketaatan mereka Rasul-Nya didasarkan pada pengenalannya itu. “…Maka, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya), dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-A’raaf: 158) (insya Alloh bersambung)


teruslah berdakwah
                  Bismilahirrahmanirahim pendahuluan
                                                 
  Segala puji bagi Allah ,tuhan semesta alam.kami memuji,meminta pertolongan ,meminta ampun dan berlindung dari segala kejahatan diri dan kejahatan amalan hanya kepada Allah. Barang      siapa yang di beri petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang mampu menjadi penyesat baginya,dan Barang siapa yang di sesatkan oleh Allah,maka tiada yang mampu memberi petunjuk baginya.
  Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah  seorang hamba dan utusan Nya.
   Allah berfirman:
Hai orang2 yang beriman ,bertakwalah  kepada Allah sebenar benarnya takwa kepada Nya; dan janganlah  sekali-kali kamu mati dalam keadaan melainkan dalam agama Islam(Ali Imran: 102)

Amma Ba’du
  Sebaik baik uscapan adalah Firman Allah ,sebaik baik petunjuk adalah petunjuk baginda Muhamad Saw,seburuk buruk perkataan adalah mengada-ngada, dan setiap yang diada-aadakan adalah bid’ah adalah sesat, dan di setiap kesesatan dapat menyeret (pelakunya) kelembah Api neraka.
 Wa ba’du
  -ini merupakan beberapa tulisan  yang membahas permasalahan arena dakwah islamiyah yang penuh barakah .
-Permata hati bagi orang yang senantiasa mengasingkan diri dalam melakukan ibadah dan Jihad,untuk memenuhi tangan mereka serta memberikan bantuan bagi mereka.
dakwah yang memberi nasihat dan solusi bagi orang orang yang malas,ragu,lambat dan selalu melakukan kesalahan.sehingga mereka mengikuti jejak langkah para Mujahid.Yaitu orang orang yang berjihad dalam perjuangan dakwah yang mulia.
-Allahu Akbar,ini adalah arena perlombaan terhadap agama Allah.
pengorbanan serta arena kesabaran  dalam menanggung beban umat.
-Ini adalah arena yang penuh kesemangatan dalam menjaga kehormatan Allah, kehormatan ajaran agama dan kehormatan kaum muslimin secara umum.
-Ini adalah arena perubahan dan usaha melakukan reformasi.Semoga Allah Yang Maha Mulia memberikan perubahan bagi kita dengan memberi ketenangan dan kenyamanan.
-Ini adalah arena pertolongan agama Allah.
yaitu bagi siapa yang mendapat pertolongan Allah,baik bagi dirinya, keluarganya, hartanya, dan masyarakatnya, baik ketika rezeki berpihak kepadanya atau ketika sebaliknya rezeki sedang tidak berpihak kepadanya.
-Inilah medan Tauhid amali dan akidah amali. yaitu bagi siapa yang ingin menyebarkan dan menolong serta menanamnya di dalam hati seluruh manusia yang belum mengetahuinya. Atau bagi siapa yang hatinya keras dalam menerimanya, walaupun mereka telah mengetahuinya.
-Inilah arena amal dengan ilmu.yang mendatangkan manfaat bagi umat muslimin secara khusus, juga bagi umat manusia secara menyeluruh.
-Inilah arena Rahmat dan kasih sayang kepada manusia yaitu rahmat Qalbiyah yang dapat dilihat  oleh mata dan dirasakan oleh lisan. Dakwah lemah-lembut bagi manusia,sehingga menyelamatkan mereka dari kobaran api neraka yang sangat panas.




  Allahu Akbar, ini adalah medan perang yang sedang dikumandangkan bukan di endapkan.
Arena ini yang mesti anda kejar, bukan sekedar arena yang di teriakan.
Arena yang harus di datangi lalu mempertahankan, bukan arena yang anda perdagangkan.
Arena yang seharusnya anda ikuti, bukan arena yang mesti di jauhi.                                                                                      Medan yang anda harus tempuh di muka bumi, bukan medan yang tempat kekal  bagi kalian di dunia.
Medan untuk menyatukan barisan , bukan medan yang saling sikut menyikut.
Arena pelaksanaan, bukan hanya sekedar komentar,retorika dan hanya sekedar bicara.
Medan amal dan pelaksanaan , bukan medan omong kosong dan hanya sekedar bicara.
-Sesungguhnya ini adalah medan impian yang pasti akan terwujud, sebagaimana yang telah diucapkan dalam janji yang benar.Impian yang di sertai dengan adanya kemenangan atas kemungkaran. kemenagan hidayah atas kesesatan,dan kemenangan sunnah atas bid’ah.juga merupakan medan kemenangan atas agama yang benar atas agama yang batil dan pemikiran lain yang telah di rusak, serta impian keimanan dan bukan medan kekufuran.
-Sesungguhnya ini adalah medan yang telah di tempuh oleh para pemuka dan orang-orang terdahulu pada setiap masa,di mana dalam biografi mereka di sebutkan:
  Beliau senatiasa bersemangat dalam menjalankan perintah agama dan menjaga kehormatannya. Beliau adalah orang yang senantiasa teguh di dalam amar maruf nahi mungkar.
-Ini juga merupakan medan para pekerja, yaitu orang-orang yang merasa bahwa mereka adalah pekerja yang telah di beri tugas oleh Allah secara khusus.
mereka menysishkan waktu dan harta mereka untuk memenuhi kewajian Rabbaniyah, berupa biaya untuk memenuhi kebutuhan medan dakwah islamiyah.
-Sesungguhnya ini juga adalah yang pernah di tempuh salaf sholeh.Dimana mereka telah melakukan berbagai invasi ke berbagai wilayah,setelah sebelumnya wilaya tersebut di taklukan dengan jihad, dan akhirnya bisa di kuasai oleh islam melalui petunjuk.

  Mencari pengikut dengan suri tauladan yang baik, dan memberi petunjuk dengan dakwah yang benar.
-Sesungguhnya ini adalah arena pembedahan antara pekataan dan perbuatan, yang mampu mengarahkan kepada ketulusan  lisan, dan kemudian membawa pelakunya kepada ,
Ditempat yang disenangi di sisi tuhan yang berkuasa.
-
Sesungguhnya ini adalah medan penyatuan hati,dan juga arena jihad jalan kaki.
-Ini adalah arena tempat berlari menuju Allah Swt,setelah sebelumnya belumnya berasal dari Allah Swt.
  Melarikan diri ke mesjid, yaitu orang yang senantiasa memohon kepada Tuhannya setiap pagi dan petang karena menginginkan keridoan Nya. Demikianlah pula sekelompok  orang yang tidak pernah lalai dan mengingat Allah, walaupun ia di kelilingi gelimang harta dan kesibukan perdagangan dunia yang sangat menguntungkan.
  Siapakah yang melakukannya dengan ruh dan hatinya dengan harta dan dirinya, dengan waktu dan kekuataannya ????
  Siapakah yang membawa bendera dakwah,tabligh,nasehat,petunjuk,peringatan,perbaikan. siapa pula yang akan membawa bendera amar maruf nahi mungkar itu????
  Betapa menyesal dan meruginya diriku, jika tidak pernah ikut andil ketika melihat mesjid kaum muslimin yang di jadikan pusat dakwah yang mampu mengeluarkan Da’i handal????
  Ini merupakan dakwah yang di tunjukan kepada negri kaum muslim secara khusus, untuk mengembalikan islam pada puncak kejayaannya.
  Dakwah yang diarahkan kepada penduduk alam secara keseluruhan, untuk menunjukan kepadanya rahmatan lilaminnya ajaran islam. pernahkah pernahkah kita merasa risau jika bumi ini di huni oleh para pemimpin yang akan memalingkan kita menjadi kaum yang bukan dari ajaran kita, sementara mereka tidak berasal dari kelompok kita?
 
 
Betapa bangganya aku melihat para pelajar yang berpindah dari satu mesjid ke mesjid yang lain untuk menuntut ilmu. Dari satu kampung ke kampung yang lain, dari satu iklim ke iklim yang lain. Mereka keluar mesjid  kemudian menulis dan mempersiapkan teori dan strategi dakwah, sebagaimana yang dilakukan oleh salafu sholeh.
-Pernahkah anda melihat itu semua.Dimana jamaah bisa kuat dengannya, demikian pula juga dengan mental dan individu mereka?
-Betapa menyesal ketika aku melihat syaikh dan orang tua yang hidup bersatu dengan berusaha mencintai antara satu dengan yang lain . saling memberi sumbangan berbuat baik dan menunjukan kelembutan hati. Sementara tujuan mereka adalah untuk menghancuran kemungkaran terbesar. Yaitu membumihanguskan kekafiran dan kemurtadan bagi orang yang rela menukar agama dan keyakinan, serta kemungkaran besar lain yang mewajibkan seseorang bisa di bunuh atau di perangi.
  Betapa bangganya aku dan orang yang memahamiku, bahwa amar maruf nahi mungkar dan jihad dijalan Allah merupakan dua hal yang memiliki hubungan sinerji, di mana antara satu dengan yang lainnya merupakan mata rantai yang tak bisa di pisahkan. keduanya adalah  dua pintu hakikat untuk memenangkan agama serta merubah keadaan kaum muslim.
  -Betapa bangganya aku ketika melihat dakwah ini hidup dan tumbuh berkembang di tengah umat, dan sumbernya adalah Al Qur’an.

 Aku melihat hal ini pada orang mukmin yang selalu melakukan pendidikan dan pengkaderan di dalam mesjid, yang merupakan madrasah Habibina Muhamad Saw Wa Alaihi Wa Shahbihi Wa
Barik Wa Sallama.
g:���r _

:bloglist:o=n,l=1,x=i,v=1,t=j M Y::
:admin-hash-input:Tambah komentar

:: :geti-blog: :/bloglist:

Cari Blog Ini

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Blogger Templates

About Me